MERDEKA.COM. PT Angkasa Pura II selaku operator Bandar Udara Halim Perdanakusuma mengungkapkan alasan sejumlah maskapai masih enggan terbang dari pangkalan militer TNI AU ini. Salah satunya ialah mahalnya biaya pengadaan bahan bakar avtur.
Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko mengatakan masalah infrastruktur sempat menghalangi
maskapai ramai-ramai mengalihkan penerbangan ke Halim adalah biaya avtur.
Pasalnya, di Soekarno-Hatta, bahan bakar pesawat itu sudah disalurkan melalui pipa, dan tersedia mobil tanki. Sedangkan di Halim, pasokan bahan bakar hanya bisa dipenuhi dari depo Pertamina Plumpang.
"Katanya selisih Rp 600 per galon. Memang begitu, ada perbedaan biaya. Kecuali Pertamina bangun depo di Halim," ujarnya di Jakarta, Rabu (8/1).
Alhasil, masalah ini tidak termasuk belanja modal Angkasa Pura II dalam membenahi Halim. Tri mengaku pasrah bila maskapai ada yang belum bersedia memindahkan penerbangan ke bandara TNI AU itu lantaran ada perbedaan harga avtur.
Seperti diketahui, sejauh ini, BUMN pengelola bandara itu sudah menggelontorkan Rp 6,8 miliar untuk renovasi pelbagai fasilitas umum di Halim. Secara keseluruhan, Tri mengaku siap mengalokasikan Rp 60 miliar, hanya untuk Halim, karena ada pemindahan sebagian rute penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta.
Dana sebesar itu akan dipakai buat pelbagai macam kepentingan, terutama perbaikan dan subsidi pelayanan. Halim selama ini merupakan salah satu bandara dikelola Angkasa Pura II yang merugi. Tahun lalu, BUMN itu tekor sampai Rp 19 miliar dalam mengelola Halim. Aktivitas jet pribadi dan sewa sekolah penerbangan tidak cukup menambal biaya operasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar