Bapak Sejarah dan Budaya Palembang
Meskipun tidak berlatar belakang pendidikan sejarah dan budaya, buat sebagian besar wong Palembang Djohan Hanafiah adalah “bapak penggali sejarah dan budaya Palembang”. Berbagai seminar dan diskusi, baik lokal, nasional, maupun international dihadiri Djohan Hanafiah. Pemikiran atau informasi sejarah yang diungkapkannya membuat sejumlah intelektual, tokoh masyarakat, maupun pekerja seni di Palembang, terinspirasi menggali dan memperkenalkan kebudayaan Palembang.
Misalnya lahirnya organisasi Kerukunan Keluarga Palembang (KKP) tahun 1997, sebuah organisasi yang menggali seni, adat-istiadat Palembang. Termasuk pula lahirnya organisasi Himpunan Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam yang dipimpin Iskandar dengan gelar Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin.
Lalu, mulai muncul mahasiswa di Palembang yang membuat skripsi mengenai sejarah Palembang, termasuk lahirnya sejumlah doctor yang mengupas sejarah dan budaya Palembang. Sejumlah karya seni pun lahir, yang beranjak dari kebudayaan Palembang, baik sastra, teater, musik, maupun seni lainnya.
Pandangan Djohan Hanafiah mengenai sejarah cukup menarik. “Sejarah harus ditulis apa adanya. Sejarah yang jelek secara moral juga harus ditulis, tidak hanya yang baik-baik. Ini penting, sebab ini akan menentukan sejarah selanjutnya. Sejarah di Indonesia banyak ditulis yang baik-baik saja, sehingga sering berbenturan dengan realitas hari ini. Dampaknya orang ragu menjadikannya sebagai pijakan buat menyusun sejarah ke depan,” katanya.
Bermula dari Perang
Buku pertama yang ditulis Djohan Hanafiah yakni mengenai sejarah peperangan antara VOC dengan Palembang pada 1819-1821. Judulnya “Perang Palembang 1819-1821” yang diterbitkan Pariwisata Jasa Utama tahun 1986.
“Saya menulis soal sejarah perang ini, sebab hanya perang itu yang terus membangun rasa nasionalisme wong Palembang,” kata Djohan Hanafiah.
Buku ini mendapat respon cukup bagus dari masyarakat, terutama kalangan akademisi dan pekerja budaya di Palembang. Hal ini terbukti dari sejumlah diskusi mengenai buku tersebut.
Setahun kemudian, 1987, Djohan Hanafiah menulis buku mengenai sejarah pergolakan di Palembang Lamo atau di Kuto Gawang. Judul bukunya, “Kuto Gawang: Pergolakan Politik dalam Kesultanan Palembang Darussalam” yang juga diterbitkan Pariwisata Jasa Utama. “Dari buku ini saya ingin melacak dari awal soal Kesultanan Palembang Darussalam,” katanya.
Masa produktif Djohan Hanafiah tidak berhenti. Tahun berikutnya dia menulis “Masjid Agung Palembang, Sejarah dan Masa Depannya” yang diterbitkanMasagung Jakarta.
Tahun 1989 ada tiga buku Djohan Hanafiah yang diterbitkan. Yakni “82 Tahun Pemerintah Kota Palembang” dan “Palembang Zaman Bari, Citra Palembang Tempo Doeloe”, yang diterbitkan Humas Pemda Kotamadya Palembang. Lalu buku “Kuto Besak, Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan Kemerdekaan” yang diterbitkan Masagung – Jakarta.
Setelah itu Djohan Hanafiah melakukan pelacakan sejarah yang baru. Dia memburu sejumlah data, baik di Palembang, Belanda, maupun daerah lain di nusantara. Dia pun melakukan sejumlah diskusi dengan arkeolog, penliti sejarah, dan para pekerja budaya lainnya.
Tahun 1995, bukunya berjudul “Melayu-Jawa, Citra Budaya dan Sejarah Palembang” diterbitkan Rajagrafindo Persada Jakarta. Buku ini lebih menyoroti soal identitas budaya wong Palembang, yang biasa disebut “wong buntung”, yakni masyarakat yang tidak memiliki akar budaya yang jelas. Disebut Melayu bukan, disebut Jawa juga bukan. “Buku merupakan cermin kegelisahan saya sejak remaja mengenai identitas wong Palembang. Ya, identitas wong Palembang itu yakni Melayu-Jawa,” katanya.
Dari buku inil Djohan Hanafiah mendapat pengakuan sebagai budayawan dari publik di Palembang, dan kemudian meluas secara nasional maupun international. Djohan dinilai telah mampu merumuskan identitas wong atau masyarakat Palembang yang sebelumnya seakan tidak memiliki identitas atau “bunting”.
Tahun berikutnya, 1996, Pemda Sumatra Selatan menerbitkan buku Djohan Hanafiah mengenai “Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Sumatera Selatan”.
Selanjutnya “Sejarah Perekembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah Tk II Palembang” (Pemerintah Kotamadya Daerah Tk.II Palembang – 1998.), “Perang Palembang Melawan VOC” (Millenium Publisher Jakarta(cet. Ke 2) – 2002.), “Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Kota Palembang” (Pemda Kota Palembang – 2001.), “Perkembangan Kota Palembang dari Wanua Sriwijaya menuju Palembang Modern”.
Karya bersama Bambang Budi Utomo & Prof.Dr.Hasan Muarif Ambari (Pemda Kota Palembang – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan – 2005.), “Sejarah Keraton-keraton Palembang – Kuto Gawang” (Pemerintah Kota Palembang – Dinas Pariwisata & Kebudayaan – 2005.), “Dicari Walikota yang Memenuhi Syarat” (Kerukunan Keluarga Palembang – 2005.), “Perkembangan Palembang dari Wanua sehingga kota Modern” (Pemda Kota Palembang – 2006), “Keraton-Keraton Kota Palembang – Kuto Gawang” (Pemda Kota Palembang 2006).
Selain itu Djohan Hanafiah juga menjadi editor sejumlah buku, seperti “Pasemah Sindang Merdika 1821-1866 (Pustaka Asri, Jakarta -1999), “Sumatera Selatan Melawan Penjajah Abad ke 19, Catatan Perang Pasemah 1866” (Millenium Publisher, Jakara – 2000), ”Kesan-Kesan Dalam Kehidupan dan Berkarya H.M.ALI AMIN, Pengalaman Pegawai Tiga Zaman” (Pemda Propinsi Sumsel, Bengkulu dan Pemda Kota Palembang 1999).
Djohan Hanafiah juga menjadi kontributor sejumlah buku, misalnya artikel berjudul “Sriwijaya di antara Mitos, Legenda dan Sejarah” yang dimuat dalam buku “Sriwijaya dalam Perspektif Arkeologi dan Sejarah” (Pemerintah Daerah Propinsi Tk.I Sumatera Selatan – 1993.), lalu artikel “Palembang Masa Pasca Sriwijaya” yang ditulis bersama Bambang Budi Utomo di dalam buku “Sriwijaya dalam Perspektif Arkeologi dan Sejarah”. (Pemerintah Daerah tk.I Propinsi Sumatera Selatan – 1993.).
Artikel “Palembang: Aspek Sejarah dan Budaya” di dalam buku “Musi Riverside Tourisme Development” (Penerbit ITB – Bandung, 1999.). Artikel “Pembangunan Sumbagsel: Pandangan Masa Depan dengan Refleksi Saat Ini dan Masa Lampau” di dalam buku “Untukmu Negeriku: Sumbagsel Membangun dan Pengabdian Kodam II/Sriwijaya” (Penerbit Universitas Sriwijaya – Palembang 1998.). Artikel “Pulau Berhala, Orang Kaya Hitam dan Si Gunjai: Suatu Mitos Ideologi dan Politik Jambi” dalam buku “Seminar Melayu Kuno Jambi, 7-8 Desember 1992” (Penerbit Pemda Tk.I Propinsi Jambi – 1992.). Artikel “Perjuangkan, Penuhi dan Isilah” dalam buku buku “20 Tahun HIPMI” (HIPMI Jakarta 1992.).
Selanjutnya artikel “Kebudayaan Daerah Sumatera Selatan dalam Kehidupan Masyarakat Pendukungnya” dalam buku “Kongres Kebudayaan 1991, Laporan Penyelenggaraan, Jakarta 29 Oktober – 3 November 1991” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1992/1993.). Artikel “Kebangkitan Rumpun Melayu, Melalui Upaya Kerjaama Budaya dan Pariwisata” pada buku “Prosiding Lokakarya Dunia Melayu Dunia Islam, Kesatuan dan Perpaduan, Palembang 20-23 Mei 2001.” (Penerbit Unsri Palembang.).
Artikel “Potensi Budaya di Sumatera Selatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah” di dalam buku “Sejarah dan Budaya Masyarakat Sumatera Selatan” (Penerbit Universitas Sriwijaya 2001.). Kemudian artikel “Chengho, Pelayarannya ke Nusantara” (PITI dan Dewan Kesenian 2005), dan artikel “Kesenian di Sumatera Selatan” di dalam buku “Direktori Kesenian Sumatera Selatan” (Penerbit Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prop. Sumatera Selatan 2006.)
Sementara buku yang diterbitkan pihak luar atau asing, buku “Guguk, Lembaga Sosial Ekonomi di Kota Palembang Abad 18 dan 19 dalam Jambatan “, Tijdschrift voor de Geschiedenis van Indonesie, jaargang 7, nummer 2. Amsterdam, 1989.
”Tari Zapin Nusantara: Sejarah Perkembangannya di Palembang dalam buku Zapin Melayu di Nusantara (ed.DR.Moh.Anis MD Nor)” (Penerbit Yayasan Warisan Johor, Johor Malaysia – 2000.). “Adat Perkawinan Palembang dalam Buku Adat Melayu Serumpun, Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah” (ed. Prof.Dr.Abdul latif Abubakar). (Penerbit Kerajaan Negeri Melaka, Perbadanan Muzium Melaka, 2001.).
”Kesultanan Palembang Darsussalam dalam buku Kesultanan Melayu Nusantara” (Penerbit Museum Negeri Pahang, Kuantan 2005).
Sejak tahun 1988 hingga saat ini, sekitar 288 artikel sejarah dan budaya karya Djohan Hanafiah yang dipublikasikan di media massa dan jurnal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar